PADA awalnya, blog merupakan situs pribadi atau we bsite pribadi berisikan catatan harian secara online (onile diary) pemiliknya (blogger) tentang berbagai hal, mulai masalah pribadi hingga komentar soal isu-isu aktual.
Blog pun menjadi semacam sarana “tebar pesona” atau pembentukan citra positif diri (positive self image building) kepada publik. Dengan menyimak biodata, komentar, aktivitas, atau pemikiran-pemikirannya, kita bisa mengenal lebih dekat sang blogger. Tentu, mungkin tidak ada bogger yang menunjukkan kelemahan atau keburukan dirinya. Blogger, umumnya, demi tebar pesona, berbuat “narsis” dan itu sah-sah saja. Wong blog juga ‘kan termasuk media massa yang dikonsumsi publik.
Blog bersifat sangat personal. Karenanya, bahasa blog juga bahasa percakapan, bahasa komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), bukan bahasa formal ataupun bahasa jurnalistik –kecuali blog yang dimaksudkan sebagai media massa, berisikan berita, artikel, dan karya jurnalistik lain, atau media komunikasi-informasi formal organisasi.
Karena sifatnya personal itu pula, maka Blog –menurut Roger Yim, seorang kolumnis San Francisco Gate (2001), merupakan “persilangan antara diary seseorang dan daftar link di Internet.” Sedang menurut Scott Rosenberg dalam kolomnya di majalah online Salon (1999), Blog berada pada batasan website yang “lebih bernyawa” ketimbang sekadar kumpulan link tapi kurang instrospektif dari sekedar sebuah diary yang disimpan di internet.
Media Online
Apakah blog termasuk media online dan blogger bisa disebut jurnalis/wartawan? Masalah itu sudah saya ulas pada tulisan “Blog Journalism: Jurnalisme Blog” di blog ini.
Masih terjadi perdebatan, apakah blog termasuk jurnalistik atau bukan. Yang jelas, para blogger menulis di web log atau blog sebagai medium komunikasi massa online. Menurut catatan wikipedia, kalangan wartawan tradisional menilai bloger tidak dapat disebut wartawan atau jurnalis. Umumnya, blog merupakan “online diary” yang berisi catatan atau komentar blogger tentang berbagai masalah, baik isu-isu aktual (current issues) maupun fokus pada bidang tertentu, seperti makanan, fashion, dan lainnya. Pada Mei 2007, mesin pencari blog, Technorati, berhasil menjejak lebih dari 71 juta blog di seluruh dunia.
Jika mengacu kepada makna dasar jurnalistik, yakni “catatan harian” atau “laporan harian”, yakni laporan tentang peristiwa sehari-hari, maka blogger yang “merekam peristiwa sehari-hari” (a record of the day) pun bisa disebut sebagai jurnalis dan blognya pun masuk dalam kategori “karya jurnalistik”.
Menurut Lasica (2001), fenomena nge-blog di kalangan akar rumput merupakan jawaban internet terhadap kinerja media-media mainstream. “Blogging bisa jadi merupakan cikal-bakal sebuah bentuk jurnalisme baru, wacara publik, interaksi, dan komunitas online,” katanya.
Weblogging, masih kata Lasica, akan mendorong munculnya bentuk baru jurnalisme amatir yang “powerful”, saat jutaan pengguna internet –utamanya kaum muda— mengambil alih pekerjaan para kolomnis, reporter, analis, dan publisher.
“Weblogging will drive a powerful new form of amateur journalism as millions of net users - young people especially - take on the role of columnist, reporter, analyst and publisher while fashioning their own personal broadcasting networks.”
Hemat saya, Blog dapat menjadi media alternatif sebagai “jurnalisme militan”, yaitu jurnalisme yang melawan arus dan hegemoni media-media mapan. Tulisan atau informasi yang tidak bisa muncul di media mapan, bisa dimunculkan di blog, kapan saja, oleh siapa saja. Inilah era informasi. “The new source of power is information in the hand of many”. Jangan lupa, jadilah bloger yang bermanfaat bagi sesama.