JOURNALISTIK SPENSA WONOGIRI
Saturday, December 25, 2010
Jumat, 24 Desember 2010
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Dunia pendidikan di Indonesia dinilai gagal menghasilkan kader yang memiliki jiwa kemandirian dan inovatif. Pendidikan di Indonesia hanya mencetak dan menyiapkan para karyawan dan kuli.
Demikian disampaikan oleh Direktur The Islamic College, Jakarta, Kholid Al Walid. " Sekolah-sekolah hanya mempersiapklan kuli semata dan bukan pemikir,"kata dia dalam Refleksi Akhir Tahun "Indonesia di Simpang Jalan", yang digelar The Islamic College, di Jakarta, Jumat (24/12)
Kholid mengungkapkan, kondisi ini diakibatkan oleh orientasi pragmatis yang melatarbelakangi tujuan belajar baik dari murid ataupun orangtua. Orientasi belajar lebih mengedepankan pekerjaan dan materi. Sehingga tak heran jika jurusan-jurusan non agama seperti kedokteran, akuntansi, ekonomi dan lainnya.
Sebaliknya, jurusan-jurusan agama sepi peminat bahkan pernah ada wacana fakultas Ushuluddin di berbagai kampus Islam sedianya akan ditutup. "Fakultas agama sepi peminat dan cenderung mati, ada indikasi seluruh fakultas ushuluddin mau dihilangkan padahal kita butuh para pemikir seperti Cak Nur dan Gus Dur,"kata dia.
Untuk itu, dikatakan Khalid, untuk memperbaiki dunia pendidikan di Indonesi butuh grand design yang menyangkut sistem, kurikulum, metode, dan konsep. Sebab kurikulum, kebijakan, dan sistem pendidikan berubah-ubah seiring bergantinya menteri. Selain itu, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memberlakukan politik pendidikan.
Politik pendidikan tak lain adalah langkah memberdayakan para alumni perguruan tinggi di Indonesia dan melibatkan mereka dalam perumusan kebijakan yang menyangkut maslahat bangsa dan negara. Hal tersebut diterapkan oleh Negara Jepang yang menjalin komunikasi intens dengan para alumni yang pernah belajar di sejumlah perguruan tinggi mereka."Indonesia selalu berkutat dengan diri sendiri,"kata dia.
Red: taufik rachman
Rep: Nashih Nashrullah