JOURNALISTIK SPENSA WONOGIRI
Thursday, August 12, 2010
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dinilai belum transparan. Hal itu diketahui dari penelitian Bank Dunia yang menyatakan, program dana BOS tidak diketahui sebagian besar orangtua siswa.
Penelitian Bank Dunia terhadap 3.600 orang tua pada 720 sekolah di Indonesia mengungkapkan sebagian besar orang tua pernah mendengar tentang BOS (86,13 persen). Adapula orangtua yang hanya mengetahui singkatan BOS (46,67 persen), mengetahui tujuan BOS (44,78 persen), mengetahui jumlah dana BOS (2,49 persen), dan mengetahui penggunaan BOS (25,51 persen).
Education Sector Leader World Bank, Mae Chu Chang, mengatakan program yang dimulai sejak 2005 itu seharusnya diketahui para orangtua untuk mewujudkan program Wajib Belajar 9 Tahun. Karena, dengan pengetahuan program BOS, biaya sekolah menjadi murah dan gratis benar-benar dirasakan masyarakat miskin.
''Pengetahuan orangtua yang minim disebabkan transparansi dan akuntabilitas sekolah dalam mengelola BOS masih rendah,'' kata Chang di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional seperti siaran pers yang diterima Republika, Selasa (10/8).
Dari hasil analisis penelitian Bank Dunia lainnya, terungkap bahwa sekolah juga jarang memberikan informasi atau diundang ke sekolah untuk berdialog seputar program BOS. Bahkan, di sekolah sendiri pun tidak ada pengumaman tentang penyaluran dana BOS. Biasanya mereka mendapatkan informasi sedikit dari media.
Padahal, kata Chang, pengetahuan orangtua tentang program BOS berfungsi untuk mengawasi pengelolaan BOS secara maksimal. ''Sebenarnya orangtua sangat peduli terhadap kualitas pendidikan di sekolah,'' jelasnya.
Chang menambahkan, pemerintah dapat mendorong transparansi dan akuntabilitas BOS dengan melibatkan orang tua secara aktif dalam perencanaan dan pengawasan BOS di sekolah. Selain itu, dibutuhkan pula kampanye informasi dana BOS langsung ke orangtua melalui jalur sekolah, media, dan komunitas masyarakat.